Sabtu, 31 Oktober 2015

Mocopat Jawa Bagian 2

Macapat adalah sinonim dari moco sifat (membaca sifat). Sifat dari asal hidup, perjalanan hidup hingga kembalinya hidup.

5. Dhandanggula
    Dhandanggula adalah estape berikutnya. Ini masa persimpangan dari muda menuju dewasa. Nakal dan bengal bagian dari etape ini. Keinginnan untuk mencoba, menguak yang ditabukan dan menemukan hal-hal baru yang kelak terkenang dan memberi pencerahan adalah fase ini. Ada pula yang menghubungkan itu dengan dandang (periuk nasi) serta gula. kepekatan adan kemanfaatan berpadu dengan manisnya angan-angan. juga sering ditafsir sebagai gendang dan gula yang jika ritmenya tidak berimbang menjadi fitnah. manisnya fitnah, seperti peribahasa kendang ditabuh sisih. memunculkan sikap mencla-mencla, sikap ragu dan berubah-ubah.

6. Asmaradana
    Tibalah kini memasuki ranah rindu, gelagak dari proses waktu untuk tertarik pada haru biru nafsu. Nafsu birahi memburu lawan jenis. Juga nafsu yang bersifat kebendaan. Asmaradana sebagai perlambang, watak manusia memasuki ranah yang paling peka. lawan jenis memberi kehangatan, lawan jenis memberi penyadaran bahwa terdapat dua sifat dan tabiat yang harus disikronkan. Ada ketimpangan yang disadari, tetapi tunduk untuk merangkainya menjadi satu lipatan karena hati terpanah.
     Di titik ini, nafsu kebendaan juga terus mengusik kalbu. Harta dan kuasa memasuki relung hati. kompetisi memaksa bersinergi dan merancang strategi. Menyatukan diri dengan pernik-pernik persoalan yang terkadang terpaksa mengorbankan harga diri. Di wilayah ini manusia mulai paham, bahwa tiap makhluk hakikatnya tidak bisa hidup sendirian . Wajib melakukan sosialisasi. Wajib mengalah dan kadang dipaksa untuk mengalahkan . Asmaradana adalah ruang untuk penempatan itu.

7. Gambuh
    Jika telah melewati kawah candra dimuka dunia itu , maka sampailah pada gambuh, gampang nabuh atau gampang nambuh. ini adalah buah dari perjuangan. ekspresi keberhasilan itu muncul dalam dua wajah yang bertolak belakang. Ada yang berubah menjadi angkuh dan sombong. Tetapi tidak jarang pula yang pangerten (pengertian) terhadap sesama. Menghargai siapa yang sudah berhasil dalam hidup, juga menyemangati yang gagal dalam hidup. Disinilah atribut manusia luhur budi atau arogansi menempel dalam menjalani sisa hidup.

8. Durma
Durma sandungan esensial yang mengotori kebaikan itu. Durma adalah munduring tata krama, kemunduran tabiat manusia yang tidak mengindahkan aturan, etika, susila dan norma. dur atau dura adalah nila. Lebih bersifat destruktif ketimbang konstruktf. Orang jawa selalu bilang ora duwe dur sebagai ungkapan terhadap anak yang tidak menghargai yang lebih tua, tidak santun, berkata kasar atau yang berkata keras ditengah pembicaraan. Etika ini mendasarkan pada pemahaman, bahwa kebenaran tidak menjadi benar jika disampaikan secara salah. dan sebaliknya, kesalahan terkadang bisa dibenarkan jika itu disampaikan secara benar. Durma adalah sketsa keburukan, dan contoh bagaimana seharusnya itu disampaikan.

9. Pangkur
Perjalanan hidup akhirnya sampai keujung. masa tua merenungkan baik dan buruk yang pernah dilakukan. disinilah suka dan duka terkenang. Terbentang sejuta penyelesalan, juga bagaimana harus menyikapi disisa waktu. itu adalah pangkur, waktunya untuk introspeksi diri. melihat ke belakang apa yang sudah dijalani  dan dia dipaksa untuk mungkur (menoleh kebelakang). Tanpa bisa lagi mekihat ke depan karena keterbatasan stamina dan umur.

10. Megatruh
Dan jika sudah saatnya tiba, maka Megatruh telah menghadang didepan. badan kasar ditinggal ruh yang menggerakkan. Tanpa diketahui kapan itu datangnya, tanpa bisa diprediksi jalan apa yang memisahkan ruh dan badan. megatruh atau megat ruh, cerainya tubuh dengan ruh. itu karena tidak ada yang bisa aruh-aruh (mengingatkan), juga tidak ada seorang pun yang weruh (tahu).

11. Pucung
Jika tahap ini sudah terjalani, maka pucung pun secara otomatis menjadi prosesi. Manusia tidak bisa sembayang dan harus disembayangi. Tidak lagi bisa mandi sendiri dan harus dimandikan. Tidak bisa berpakaian dan harus dipakaikan pakaian . Pakaian putih tanpa jahitan. Pakaian putih yang tanpa model. sebab pucung adalah pocong. Manusia telah terputus dengan alam fana. Dia kini masuk dalam barzakh. Alam lain yang sunyi yang untuk datang memasuki rumah masa depan (kuburan) itu dia harus diantar sanak keluarga, handa taulan dan tetangga. Dialam ini segala yang diperbuat harus dipertanggungjawabkan. dan hanya amal saleh. serta anak-anak baik yang mendoakan yang memberinya keringan.

End.....
Semoga bermanfaat

Diambil dari buku "Satrio Pininggit Menanti Sosok Ratu Adil Menuju Zaman Keemasan Nusantara" karya Djoko Su'ud Sukahar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar