Minggu, 15 Mei 2011

Tujuh Satrio Piningit by R.Ng. Ronggowarsito

Dipaparkan ada tujuh satrio piningit yang akan muncul sebagai tokoh yang dikemudian hari akan memerintah atau memimpin wilayah seluas wilayah “bekas” kerajaan Majapahit , yaitu : Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro, Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar, Satrio Jinumput Sumelo Atur, Satrio Lelono Topo Ngrame, Satrio Piningit Hamong Tuwuh, Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu.
Berkenaan dengan itu, banyak kalangan yang kemudian mencoba menafsirkan ke-tujuh Satrio Piningit itu adalah sebagai berikut :

  1. SATRIO KINUNJORO MURWO KUNCORO. Tokoh pemimpin yang akrab dengan penjara (Kinunjoro), yang akan membebaskan bangsa ini dari belenggu keterpenjaraan dan akan kemudian menjadi tokoh pemimpin yang sangat tersohor diseluruh jagad (Murwo Kuncoro). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soekarno, Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia yang juga Pemimpin Besar Revolusi dan pemimpin Rezim Orde Lama. Berkuasa tahun 1945-1967.
  2. SATRIO MUKTI WIBOWO KESANDUNG KESAMPAR. Tokoh pemimpin yang berharta dunia (Mukti) juga berwibawa/ditakuti (Wibowo), namun akan mengalami suatu keadaan selalu dipersalahkan, serba buruk dan juga selalu dikaitkan dengan segala keburukan / kesalahan (Kesandung Kesampar). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soeharto, Presiden Kedua Republik Indonesia dan pemimpin Rezim Orde Baru yang ditakuti. Berkuasa tahun 1967-1998.
  3. SATRIO JINUMPUT SUMELA ATUR. Tokoh pemimpin yang diangkat/terpungut (Jinumput) akan tetapi hanya dalam masa jeda atau transisi atau sekedar menyelingi saja (Sumela Atur). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai BJ Habibie, Presiden Ketiga Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1998-1999.
  4. SATRIO LELONO TAPA NGRAME. Tokoh pemimpin yang suka mengembara / keliling dunia (Lelono) akan tetapi dia juga seseorang yang mempunyai tingkat kejiwaan Religius yang cukup / Rohaniawan (Tapa Ngrame). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai KH. Abdurrahman Wahid, Presiden Keempat Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1999-2000.
  5. SATRIO PININGIT HAMONG TUWUH. Tokoh pemimpin yang muncul membawa kharisma keturunan dari moyangnya (Hamong Tuwuh). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Megawati Soekarnoputri, Presiden Kelima Republik Indonesia. Berkuasa tahun 2000-2004.
  6. SATRIO BOYONG PAMBUKANING GAPURO. Tokoh pemimpin yang berpindah tempat (Boyong) dan akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju tercapainya zaman keemasan (Pambukaning Gapuro). Banyak pihak yang menyakini tafsir dari tokoh yang dimaksud ini adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Ia akan selamat memimpin bangsa ini dengan baik manakala mau dan mampu mensinergikan dengan kekuatan Sang Satria Piningit atau setidaknya dengan seorang spiritualis sejati satria piningit yang hanya memikirkan kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia sehingga gerbang mercusuar dunia akan mulai terkuak. Mengandalkan para birokrat dan teknokrat saja tak akan mampu menyelenggarakan pemerintahan dengan baik. Ancaman bencana alam, disintegrasi bangsa dan anarkhisme seiring prahara yang terus terjadi akan memandulkan kebijakan yang diambil.
  7. SATRIO PINANDITO SINISIHAN WAHYU. Tokoh pemimpin yang amat sangat Religius sampai-sampai digambarkan bagaikan seorang Resi Begawan (Pinandito) dan akan senantiasa bertindak atas dasar hukum / petunjuk Allah SWT (Sinisihan Wahyu). Dengan selalu bersandar hanya kepada Allah SWT, Insya Allah, bangsa ini akan mencapai zaman keemasan yang sejati.

Lima Tekad Dasar Sultan HB X

Sesuai dengan jiwa kenegarawanan seorang raja jawa, sultan jogja dituntut untuk bisa menunjukkan kemurnian visi dan misinya dalam berkiprah didunia politik. Swargi sultan HB IX juga mewanti-wanti Sultan HB X untuk selalu menjaga kemurnian visi dan misi politik nasionalnya. Pesan-pesan sang ayah pun dihayati dan dipegang teguh oleh sultan HB X yang dituangkan dalam apa yang disebut “Lima Tekad Dasar” Sultan HB X. Kelima tekad yang diutarakan dalam pidato jumenengan (naik tahta) pada tanggal 7 maret 1989 adalah sebagai berikut :

1. 1. Tekad untuk tidak mempunyai prasangka, rasa iri, dan dengki serta untuk tetap hangrengkuh siapa pun, baik terhadap mereka yang senang maupun yang tidak senang atau bahkan juga terhadap yang menaruh rasa benci

2. 2. Tekad untuk lebih banyak memberi daripada menerima

3. 3. Tekad untuk tidak melanggar paugeran/aturan negara

4. 4. Tekad untuk lebih berani mengatakan yang benar itu benar dan yang salah adalah memang benar-benar salah

5. Tekad untuk tidak memiliki ambisi apa pun, selain senantiasa berusaha hanya bagi kesejahteraan rakyat

Kelima tekad itu seperti sebuah kontrak sosial antara dirinya sebagai pemimpin dengan rakyat. Perjanjian luhur yang dinyatakan dalam spirit tahta untuk rakyat. Dan prinsipnya apa yang dikatakan oleh seorang raja tak bakal dibatalkan atau dicabut kembali (sabda pandhita ratu, tan kena wola wali)

Institut javanologi, pusat kajian jawa

Pusat kajian jawa di universitas sebelas maret (UNS) solo akhirnya diberi nama institutut javalogi. Lembaga baru ini bernaung dibawah LPPM( lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat) UNS Solo. Dan salah satu tugasnya adalah melakukan revitalisasi nilai-nilai budaya jawa terhadap berbagai sendi-sendi kehidupan dimasyarakat.

Karena ruang lingkup yang sangat luas, maka institutut dalam membentuk group-group yang melibatkan banyak pihak dari berbagai displin ilmu.misalnya dalam melakukan revitalisasi bidang pertanian dan kesehatan. Dari fakultas pertanian bisa mengeksplore berbagai pola tanam ramah lingkungan yang pernah dikembangkan . begitu juga dalam pengembangan jamu-jamu jawa yang selama ini masih menarik untuk dikaji. Sehingga bisa menjadi semangat baru dalam membangun karakter bangsa. Budaya jawa tidak hanya terbatas pada wilayah Surakarta dan Yogyakarta, namum merambah hingga keranah budaya jawa timur, jawa barat, pesisiran dan pedalaman. Artinya wilayah kebudayaan jawa tidak terbatas pada aspek geografis administratif, namum lebih pada perpektif kulturalnya. Jadi nilai-nilai luhur budaya jawa yang hendak digali dalam lembaga ini laksana intan berlian yang masih tercerai berai. Dengan pendirian institute javanologi diharapkan terjalin komunikasi yang baik dalam melakukan revitalisasi budaya jawa.

Latih kesabaran dengan tari klasik gaya jogja

Tari adalah sebuah gerakan badan atau olah tubuh yang berasal dari dalam hati, bukan hanya belajar teknik menari tetapi juga belajar karakter. Dari tari gaya jogja ada unsur terpenting yaitu yang namanya wirama, wirasa, wiraga.

Tari klasik gaya jogja berbeda dengan tarian balet. Didalam menari harus ada rasa memiliki, spiritualitas dan menjiwai, semuanya harus menggunakan perasaan. Dengan menggunakan perasaan juga menjadi kesulitan tersendiri diawal proses belajar. Jiwa tari klasik lebih kedalam dan sepi. Selain itu tari klasik dulu dengan sekarang berbeda. Dulu tari klasik gaya jogjya memiliki durasi yang panjang, lebih dihargai dan sakral. Bahkan konon tari ini memiliki arti penting didalam kraton. Sedangkan dalam arti pendidikan tari mampu melatih kesabaran, hal ini sangatlah penting.

Saat ini, tari klasik gaya jogja sering ditarikan diluar tembok kraton. Namun hanya sedikit masyarakat yang tertarik dan peduli dengan tarian jenis ini. Mengajarkan tari ini sejak dini kepada anak-anak disekolah agar mereka memiliki dasar dan juga bisa ditampilkan dalam beragam acara. Hal ini setidaknya bisa sedikit mengangkat tari klasik kembali dipermukaan.