Minggu, 19 Juni 2011

Batik dilingkungan kraton Yogya

Kain batik merupakan busana resmi yang dipergunakan dilingkungan istana. Untuk upacara tradisi yang digelar di kraton yogyakarta banyak mengandung falsafah dan nilai –nilai tertentu , maka pakaian yang dikenakan tidak boleh sembarangan dan harus dipilih motif-motif yang sesuai dengan makna dari upacara tersebut, berikut jenis-jenis batik yang digunakan untuk keperluan upacara :
1. Upacara tetesan
Upacara ini dilakukan bagi putra/cucu sultan yang berusia 7-8 tahun. Ageman yang dipakai pada upacara ini tidak diperbolehkan menggunakan kain yang bercorak parang rusak dan untuk kelengkapan busana lainnya dipakai sabuk wolo dengan motif tidak terikat, sanggul konde dan asesoris peniti
2. Supitan/khitanan
Supitan yang dilaksanakan bagi putra ndalem menggunakan kain yang memakai prodo, sedangkan untuk motif/corak tidak terikat, hanya yang perlu diingat juga tidak diperkenankan menggunakan kain yang bermotif parang rusak , bajunya bludru dan memakai kuluk atau puthut yang warnanya menyesuiakan dengan bajunnya.
3. Akil baliq/menstruasi
Bagi putri ndalem yang sudah akil baliq atau sedang mengalami menstruasi peratma, maka diadakan acara khusus. Ketika diadakan siraman diberi kain penutupnya dengan motif picis gurdho atau picis mangkoro. Picis yang mengandung makna uang, sehingga puteri ini kelak diharapkan bisa mendapatkan anugerah kebahagian lahir dan batin. Sedangkan picis mangkoro mempunyai harapan agar terhindar dari segala bencana. Jika upacaranya didalam kraton maka kain yang dipergunakan ditambah dengan kain cindhe merah maupun warna lainnya.

4. Manten/perkawinan
Untuk resepsi perkawinan agung yang dilaksanakan dikraton yogya terutama bagi putra ndalem, banyak sekali busana/kain yang dipergunakan khususnya motif-motifnya. Namum demikian tidak diperkenankan menggunkan kain atau nyamping dengan motif parang rusak. Nyamping yang biasa dipergunakan yaitu kain grompol untuk upacara siraman yang mengandung harapan agar sang mempelai dapat bersatu dan saling mengikat. Kain truntum untuk acara ijab qobul, mempunyai makna agar selalu runtang-runtung (kemana-mana berdua). Kain Cakar ayam dipakai dalam upacara panggih , mengandung makna agar nantinya mempelai berdua dapat mencari nafkah (ceker-ceker seperti ayam mencari makan) dan kain kampuh atau cinde yang dipakai dalam upacara resepsi.
5. Tingkepan (tujuh bulan)
Bagi putri yang telah memasuki masa kehamilan tujuh bulan diadakan upacara tingkepan yaitu siraman dengan menggunakan kain atau nyamping tujuh macam dengan motif/corak yang menyesuaikan upacara tersebut, diantaranya yaitu sido asih, sido mukti, picis gurdo, picis mangkoro, grompol dan sebagainya. Untuk kain yang terakhir kali dipakai seusai siraman(ketujuh0 adalah kain lurik halus.

1 komentar:

  1. assalamualaikum,,,mas kemarin sy melakukan wawancara sm salah satu pihak orang kraton GBRAy...tetapi untuk upacara tingkepan,motif sido asih,sido mukti dan grompol menurut GBRAy...tdk dipakai pd upacara tsb

    BalasHapus