Sabtu, 05 Desember 2015

10 Filosofi Jawa

10 Filosofi Jawa, yang diajarkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga :

1. Urip Iku Urup
(Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik)

2. Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro
(Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

3. Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
(segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dgn sikap bijak, lembut hati dan sabar)

4. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpa Bondho
(Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; Kaya tanpa didasari kebendaan)

5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
(Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).

6. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, ojo Kagetan, ojo Aleman
(Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja).

7. Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
(Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).

8. Ojo Kuminter Mundak Keblinger, ojo Cidra Mundak Cilaka
(Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka).

9. Ojo Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
(Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).

10. Ojo Adigang, Adigung, Adiguno
(Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti)

Sumber : share di facebook

Jumat, 13 November 2015

Tri Darma Warisan Leluhur


1. "Rumangsa Sira Melu  Handarbeni" - Hendaknya semua menyadari bahwa ikut memiliki.

2. "Awajiba Melu Anggondheli Angrasaa Wani" - Barang siapa merasa ikut memiliki tentu mempunyai moral untuk bertanggung jawab mempertahankan dan mau tidak mau harus berani.

3. "Mulat Sliranipun" - Mawas diri, membaca segala kekurangan dan kelebihan diri sendiri


Ini memiliki makna yang sungguh dalam, agar memelihara suatu keutuhan sebuah pemerintahan.

Sabtu, 31 Oktober 2015

Ajaran Leluhur Bangsa Nusantara

Ajaran Leluhur Bangsa Nusantara terdiri dari beberapa tahapan diantara sebagai berikut :

Mandala Hyang 
Hanya dapat tercapai, jika seseorang telah memikirkan tentang "KESEMESTAAN"

Mandala Agung
Hanya dapat tercapai, jika seseorang telah memikirkan tentang "KEHIDUPAN BANGSA & NEGARA"

Mandala Wangi
Hanya dapat tercapai,  jika seseorang telah memikirkan tentang tentang "KEBENARAN"

Mandala Wening
Hanya dapat tercapai, jika seseorang telah memikirkan tentang "KASIH SAYANG"

Mandala Raja
Hanya dapat tercapai, jika seseorang telah memikirkan tentang "KEBIJAKAN & KEBAJIKAN"

Mandala Seba
Ketika seseorang masih memikirkan tentang "DIRI SENDIRI"

Mandala Kasungka
Ketika seseorang masih memikirkan tentang "SEX, GAYA HIDUP, KEKUASAAN" serta segala yang bersifat "KEBINATANGAN". merupakan kualitas manusia yang paling "RENDAH"

Kamu sekarang ditahapan yang mana. selamat berintrospeksi.......



 

Mocopat Jawa Bagian 2

Macapat adalah sinonim dari moco sifat (membaca sifat). Sifat dari asal hidup, perjalanan hidup hingga kembalinya hidup.

5. Dhandanggula
    Dhandanggula adalah estape berikutnya. Ini masa persimpangan dari muda menuju dewasa. Nakal dan bengal bagian dari etape ini. Keinginnan untuk mencoba, menguak yang ditabukan dan menemukan hal-hal baru yang kelak terkenang dan memberi pencerahan adalah fase ini. Ada pula yang menghubungkan itu dengan dandang (periuk nasi) serta gula. kepekatan adan kemanfaatan berpadu dengan manisnya angan-angan. juga sering ditafsir sebagai gendang dan gula yang jika ritmenya tidak berimbang menjadi fitnah. manisnya fitnah, seperti peribahasa kendang ditabuh sisih. memunculkan sikap mencla-mencla, sikap ragu dan berubah-ubah.

6. Asmaradana
    Tibalah kini memasuki ranah rindu, gelagak dari proses waktu untuk tertarik pada haru biru nafsu. Nafsu birahi memburu lawan jenis. Juga nafsu yang bersifat kebendaan. Asmaradana sebagai perlambang, watak manusia memasuki ranah yang paling peka. lawan jenis memberi kehangatan, lawan jenis memberi penyadaran bahwa terdapat dua sifat dan tabiat yang harus disikronkan. Ada ketimpangan yang disadari, tetapi tunduk untuk merangkainya menjadi satu lipatan karena hati terpanah.
     Di titik ini, nafsu kebendaan juga terus mengusik kalbu. Harta dan kuasa memasuki relung hati. kompetisi memaksa bersinergi dan merancang strategi. Menyatukan diri dengan pernik-pernik persoalan yang terkadang terpaksa mengorbankan harga diri. Di wilayah ini manusia mulai paham, bahwa tiap makhluk hakikatnya tidak bisa hidup sendirian . Wajib melakukan sosialisasi. Wajib mengalah dan kadang dipaksa untuk mengalahkan . Asmaradana adalah ruang untuk penempatan itu.

7. Gambuh
    Jika telah melewati kawah candra dimuka dunia itu , maka sampailah pada gambuh, gampang nabuh atau gampang nambuh. ini adalah buah dari perjuangan. ekspresi keberhasilan itu muncul dalam dua wajah yang bertolak belakang. Ada yang berubah menjadi angkuh dan sombong. Tetapi tidak jarang pula yang pangerten (pengertian) terhadap sesama. Menghargai siapa yang sudah berhasil dalam hidup, juga menyemangati yang gagal dalam hidup. Disinilah atribut manusia luhur budi atau arogansi menempel dalam menjalani sisa hidup.

8. Durma
Durma sandungan esensial yang mengotori kebaikan itu. Durma adalah munduring tata krama, kemunduran tabiat manusia yang tidak mengindahkan aturan, etika, susila dan norma. dur atau dura adalah nila. Lebih bersifat destruktif ketimbang konstruktf. Orang jawa selalu bilang ora duwe dur sebagai ungkapan terhadap anak yang tidak menghargai yang lebih tua, tidak santun, berkata kasar atau yang berkata keras ditengah pembicaraan. Etika ini mendasarkan pada pemahaman, bahwa kebenaran tidak menjadi benar jika disampaikan secara salah. dan sebaliknya, kesalahan terkadang bisa dibenarkan jika itu disampaikan secara benar. Durma adalah sketsa keburukan, dan contoh bagaimana seharusnya itu disampaikan.

9. Pangkur
Perjalanan hidup akhirnya sampai keujung. masa tua merenungkan baik dan buruk yang pernah dilakukan. disinilah suka dan duka terkenang. Terbentang sejuta penyelesalan, juga bagaimana harus menyikapi disisa waktu. itu adalah pangkur, waktunya untuk introspeksi diri. melihat ke belakang apa yang sudah dijalani  dan dia dipaksa untuk mungkur (menoleh kebelakang). Tanpa bisa lagi mekihat ke depan karena keterbatasan stamina dan umur.

10. Megatruh
Dan jika sudah saatnya tiba, maka Megatruh telah menghadang didepan. badan kasar ditinggal ruh yang menggerakkan. Tanpa diketahui kapan itu datangnya, tanpa bisa diprediksi jalan apa yang memisahkan ruh dan badan. megatruh atau megat ruh, cerainya tubuh dengan ruh. itu karena tidak ada yang bisa aruh-aruh (mengingatkan), juga tidak ada seorang pun yang weruh (tahu).

11. Pucung
Jika tahap ini sudah terjalani, maka pucung pun secara otomatis menjadi prosesi. Manusia tidak bisa sembayang dan harus disembayangi. Tidak lagi bisa mandi sendiri dan harus dimandikan. Tidak bisa berpakaian dan harus dipakaikan pakaian . Pakaian putih tanpa jahitan. Pakaian putih yang tanpa model. sebab pucung adalah pocong. Manusia telah terputus dengan alam fana. Dia kini masuk dalam barzakh. Alam lain yang sunyi yang untuk datang memasuki rumah masa depan (kuburan) itu dia harus diantar sanak keluarga, handa taulan dan tetangga. Dialam ini segala yang diperbuat harus dipertanggungjawabkan. dan hanya amal saleh. serta anak-anak baik yang mendoakan yang memberinya keringan.

End.....
Semoga bermanfaat

Diambil dari buku "Satrio Pininggit Menanti Sosok Ratu Adil Menuju Zaman Keemasan Nusantara" karya Djoko Su'ud Sukahar

Mocopat Jawa Bagian 1

Macapat adalah sinonim dari moco sifat (membaca sifat). Sifat dari asal hidup, perjalanan hidup hingga kembalinya hidup.

1. Mijil
     Mijil adalah yang pertama. Dia berarti kelahiran, sebuah hidup yang mulai memasuki kehidupan. Dia berasal dari pertemuan lingga dan yoni, sangka dari segala dumadi, untuk memasuki alam ramai yang disebut dunia. Tangis adalah tanda dari keterkejutan melihat alam baru, yang dalam islam dimaknai sebagai masuknya setan ke dalam tubuh manuasia yang akan menggodanya untuk sering ragu. Dalam pandangan jawa, kelahiran itu bermula dari pertemuan lingga (kemaluan laki-laki) dan Yoni (kemaluan perempuan). air suci berproses dengan zat suci yang setelah sembilan bulan melahirkan kehidupan baru, lahir bayi melalui gua kesucian yang disebut grha garba. Dalam  istilah jawa dinamai gua garba, gua sigaraning bapa (gua pecahan bapak), stimulasi  isme harmonisasi jagad berpasang-pasangan yang subur dimasyarakat jawa. sakralitas yoni itu memcuatkan penyebutan ibu sebagai pangeran katon. ibu sebagai tuhan yang tampak. (baca : tafsir gatotlotjo & amp; sakralitas Yoni, penerbit Narasi)
     Dalam islam, sakralitas yoni itu terwadahi dalam dogma "cium kaki ibumu jika ingin masuk surga". ini sepenggal ayat yang sebelumnya didahului dengan "jika ingin sukses dalam kehidupan dunia, cium kaki ayahmu". itu pertanda, bahwa agama apa saja, keyakinan apa saja, selalu mewajibkan manusia untuk menghormati ayah dan ibu yang melahirkannya ke dunia.

2. Maskumambang
    Emas yang mengambang. Ada juga yang memaknai dengan emas segantang. Gantang adalah tempat pengukur beras dipasar-pasar desa sebagai penganti timbangan (dacin). ini sebagai ungkapan bahwa anak itu adalah harga, yang mengemuka dalam banyak anak banyak rezeki. sebagai harga, anak harus dijaga dan disedekahi. Itu agar tidak merusak pemilik dan yang dimiliki, selain diasuh, anak juga harus disepuh. dirawat dengan ksih sayang, disekolahkan dan diajari budi pekerti, dimintakan pada tuhan agar sang anak tumbuh seperti yang diinginkan.

3. Kinanti
   Kinanti yang menerbitkan kerindan (kanthi-kanthi), kesegeraan (ora kanti) untuk cepat besar, dan merekatkan hubungan suami istri sebagai buah hati

4. Sinom
    Kini saatnya anak masuk sinom, masa muda dengan semangat menggelora, inovatif bertenaga, tetapi sering keblanjur (kelewat dari sasaran). Sinom berisis pitutur dan pituduh bentuk gurindam bernapas jawa yang mengerem supaya tidak kelewatan, memberi arahan dan lecutan, agar anak fokus pada apa yang diinginkan. Sinom adalah implementasi dari "ing madya mbangun karsa". Ditengah-tengah, dimana orang tua harus menyemangati sekaligus menunjukkan arah
     Sinom terkadang juga diartikan sebagai daun muda pohon asam. Daun ini dikenal sangat bermanfaat sebagai jamu keluarga, sehat diminum dan memberi banyak manfaat sekitarnya.

Bersambung........................


Diambil dari buku "Satrio Pininggit Menanti Sosok Ratu Adil Menuju Zaman Keemasan Nusantara" karya Djoko Su'ud Sukahar

Sabtu, 22 Agustus 2015

Keunikan Angka Dalam Bahasa Jawa


"SELAWE - SEKET - SEWIDAK"
Dalam bahasa Indonesia urutan bilangan diucapkan :
Dua Puluh Satu,
Dua Puluh Dua,...s/d
Dua Puluh Sembilan.
Dalam bhs Jawa tidak diberi nama
Rongpuluh Siji,
Rongpuluh Loro, dst;
Melainkan
Selikur,
Rolikur,...
Songo Likur.

Di sini terdapat satuan LIKUR yang merupakan kependekan dari LIngguh KURsi, artinya duduk di kursi.
Pada usia 21-29 itulah pada umumnya manusia mendapatkan “ TEMPAT DUDUKNYA”, pekerjaannya, profesi yang akan ditekuni dalam kehidupannya; apakah sebagai pegawai, pedagang, seniman, penulis dan lain sebagainya.
Namun ada penyimpangan di atas penyimpangan tadi.
Bilangan 25 tidak disebut sebagai LIMANG LIKUR, melainkan SELAWE.
SELAWE (SEneng-senenge LAnang lan WEdok).
Puncak asmaranya laki-laki dan perempuan, yang ditandai oleh pernikahan. Maka pada usia tersebut pada umumnya orang menikah (dadi manten).

Bilangan selanjutnya sesuai dengan pola :
Telung Puluh,
Telung Puluh Siji,
Telung Puluh Loro, dst.
Tapi ada penyimpangan lagi nanti pada bilangan 50.
Setelah Sepuluh,
Rongpuluh,
Telung Puluh,
Patang puluh,
mestinya Limang Puluh.
Tapi 50 diucapkan menjadi SEKET. Pasti ada sesuatu di sini..

SEKET (SEneng KEthonan: suka memakai kethu/tutup kepala topi/kopiah). Tanda Usia semakin lanjut, tutup kepala bisa utk menutup botak atau rambut yg memutih.
Di sisi lain bisa juga Kopiah atau tutup kepala melambangkan orang yang beribadah.
Pada usia 50 mestinya seseorang lebih memperhatikan ibadahnya.
Setelah sejak umur likuran bekerja keras mencari kekayaan untuk kehidupan dunia, sekitar 25 tahun kemudian, yaitu pada usia 50 perbanyaklah ibadah, untuk bekal memasuki kehidupan akhirat.
Dan kemudian masih ada satu bilangan lagi, yaitu 60, yang namanya menyimpang dari pola,
Bukan Enem Puluh melainkan SEWIDAK atau SUWIDAK.
SEWIDAK (SEjatine WIs wayahe tinDAK).

Artinya: sesungguhnya sudah saatnya pergi. Sudah matang..
Siap Innalillah..

Semoga bermanfaat

Copas FP Daerah Istimewa Yogyakarta
Repost dari grup WA dan FB

22-08-2015 

Sabtu, 11 Februari 2012

Filosofi Aksara Jawa

Ha : Hana hurip wening suci - adanya hidup adalah kehendak dari yang maha suci
Na : Nur candra, gaib candra, warsitaning candra - pengharapan manusia hanya selalu ke sinar ilahi
Ca : Cipta wening, cipta mandulu cipta dadi - satu arah dan tujuan pada yang maha tunggal
Ra : Rasaningsun handulusih - rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
Ka : Karsaningsun memayuhayuning bawana - hasrat diarahkan untuk kesejahteraan alam
Da : Dumadining dzat kang tanpa winangenan - Menerima hidup apa adanya
Ta : Tatas, tulus titis, titi lan wibawa - memdasar, totalitas, satu visi, ketelian dalam memandang hidup
Sa : Sifat ingsun handulu sifatullah - membentuk kasih sayang seperti kasih tuhan
Wa : Wujud hana tan kena kinira - ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas
La : Lir handaya paseban jati - mengalirkan hidup semata pada tuntutan ilahi
Pa : Papan kang tanpa kiblat - hakekat allah yang ada di segala arah
Dha : Dhuwur wakasane endek wiwitane - untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
Ja : Jumbuhinkawula lan Gusti - selalu berusaha menyatu, memahi kehendak -Nya
Ya : Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi - yakin atas titah/kodrat ilahi
Nya : Nyata tanpa mata, ngeti tanpa diuruki - Memahai kodrat kehidupan
Ma : Madep , mantep manembah marang ilahi - yakin, mantap dalam menyembahi ilahi
Ga : Guru sejati sing muruki - belajar pada guru nurani
Ba : Bayu sejati kang andalani - Menyeleraskan diri pada gerak alami
Tha : Thukul saka niat - sesuatu harus dimulai - tumbuh dari niatan
Nga : Ngaracut busananing manungsa - melepas egoisme pribadi manusia